KONSEP ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PROGRESIVISME DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
“Filsafat Pendidikan”
Disusun Oleh:
Putri Wahyuningtyas
210310199
Dosen Pengampu:
Dr. Miftakhul Ulum,
M.Ag
KELAS TB-F
JURUSAN TARBIYAH
PROGAM STUDI PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PONOROGO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai
hasil dari pemikiran para filosuf, filsafat telah melahirkan berbagai macam
pandangan dan aliran yang berbeda-beda. Pandangan-pandangan filosuf itu ada
kalanya saling menguatkan dan ada juga yang saling berlawanan. Hal ini antara
lain disebabkan oleh pendekatan yang mereka pakai juga berbeda-beda walaupun untuk
objek dan masalah yang sama. Karena perbedaan dalam pendekatan itu, maka
kesimpulan yang didapat juga akan berbeda. Perbedaan pandangan filsafat
tersebut juga terjadi dalam pemikiran filsafat pendidikan, sehingga muncul
aliran-aliran filsafat pendidikan.
Pendidikan memandang manusia sebagai obyek dan subyek. Dikatakan sebagai
obyek karena manusia itu menjadi sasaran pendidikan, terutama dalam
kapasitasnya sebagai makhluk yang sedang tumbuh dan berkembang. Oleh karena
itu, ciri dari sifat pertumbuhan dan perkembangan itu menjadi perhatian
pendidikan untuk dipengaruhi dan diarahkan. Sedangkan dikatakan sebagai subyek
karena dengan potensinya manusia mempunyai daya untuk pengembangan diri yang
seterusnya menjadi makhluk yang berkepribadian dan berwatak.
Sesuai dengan pernyataan di atas, maka pada makalah ini akan dijelaskan
mengenai konsep aliran filsafat pendidikan progresivisme serta impikasinya
terhadap peserta didik dalam pendidikan.
B.
Rumusan Masalah
- Bagaimana
konsep aliran filsafat pendidikan progresivisme itu?
- Siapa saja
tokoh-tokoh aliran filsafat pendidikan progresivisme itu?
- Bagaimana
implikasinya terhadap peserta didik dalam pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Aliran Filsafat Progresivisme
Pengertian
dasar yang menjadi ciri dari aliran ini adalah progres yang berarti
maju.[1] Selama 20 tahunan merupakan
suatu gerakan yang kuat di Amerika Serikat.[2] Mengapa di Amerika
Serikat?. yaitu karena filsafat
pendidikan progresivisme lahir di Amerika Serikat.[3]
Aliran progresivisme berkembang dengan
pesat pada permulaan abad XX dan sangat berpengaruh dalam pembaharuan
pendidikan. Pengaruh itu terasa di seluruh dunia, terlebih lagi di Amerika
Serikat. Pandangannya selalu dihubungkan dengan pandangan hidup liberal “The
liberal road to culture” yang dimaksudkan dengan ini adalah pandangan hidup
yang mempunyai sifat-sifat fleksibel (tidak kaku), tidak menolak
perubahan, tidak terikat oleh suatu doktrin tertentu, ingin mengetahui dan
menyelidiki, toleran dan open minded (mempunyai hati terbuka).[4]
Walaupun
kenyataannya aliran ini baru berkembang dengan pesat pada permulaan abad XX,
namun garis linier dapat ditarik ke belakangnnya hingga pada zaman Yunani kuno.
Hal ini dapat dibuktikan dengan tampilnya pemikiran dari Heraclitos (± 544
- ± 484), Socrates (469-399), bahkan juga
Protagoras mempengaruhi aliran progresivisme ini. Heraclitos mengemukakan bahwa
sifat utama dan realita ialah perubahan. Tidak ada sesuatu yang tetap di dunia
ini, semuanya berubah. Demikian pula Socrates, ia berusaha mempersatukan
epistimologi dan aksiologi (teori ilmu pengetahuan dan teori nilai). Kemudian,
Protagoras sebagai seorang sophis pernah mengajarkan bahwa kebenaran dan
nilai-nilai bersifat relatif, yaitu tergantung waktu dan tempat.[5]
Adapun
faktor-faktor pendorong lahirnya Progresivisme di USA adalah:[6]
a)
Semangat radikalisme dan reformasi yang dimulai di
sekolah yang dipimpin oleh Francis W. Paker.
b)
Masuknya aliran frobelianisme, yang
menekankan pada perwujudan diri melalui kegiatan sendiri, dan penggunaan metode
Montessori yang menekankan pada pendidikan diri sendiri.
c)
Perluasan studi tentang perkembangan anak secara
ilmiah (psikologi perkembangan).
Dasar
filosofis aliran progresivisme ialah: (1) Realisme Spiritualistik;
gerakan Pendidikan Progresif bersumber dari prinsip-prinsip spiritualistik dan
kreatif dari Froebel dan Montessori serta ilmu baru tentang perkembangan anak,
(2) Humamanisme Baru; paham ini menekankan pada penghargaan terhadap
martabat dan harkat manusia sebagai individu. Dengan demikian orientasi dari
aliran ini ialah individualistik.[7]
Ada
beberapa karakteristik dari aliran proresivisme, antara lain yaitu:[8]
a)
Mempunyai konsep yang mempercayai manusia sebagai
subyek yang memiliki kemampuan menghadapi dunia dan lingkungan hidupnya.
b)
Mempunyai kemampuan untuk mengatasi dan memecahkan
masalah-masalah yang akan mengancam manusia itu sendiri.
c)
Pendidikan dianggap mampu untuk merubah dan
menyelamatkan manusia demi untuk masa depan.
d)
Tujuan pendidikan selalu diartikan sebagai
rekonstruksi pengalaman yang terus menerus dan bersifat progresif. Bahwa progres
dan kemajuan, lingkungan dan pengalaman menjadi perhatian dari aliran
progresivisme, tidak hanya berupa angan-angan dalam dunia ide, teori dan
cita-cita saja melainkan harus dicari dengan mengfungsikan jiwa sehingga
menghasilkan dinamika yang lain dalam hidup ini. Semuanya itu diperlukan oleh
pendidikan agar orang dapatmaju dan berbuat sesuatu mampu mengadakan
penyesuaian dengan lingkungan. Karenanya pendidikan di sini tidak hanya
diartikan menyampaikan pengetahuan saja kepada peserta didik tetapi yang lebih
penting lagi adalah melatih kemampuan berfikir dengan memberikan
rangsangan-rangsangan dengan cara ilmiah.
e)
Tugas pendidikan menurut aliran ini ialah mengadakan
penelitian atau pengamatan terhadap kemampuan-kemampuan manusia itu dan
mengujinya dalam pekerjaan praktis atau dengan kata lain manusia hendaknya
mengaktualisasikan ide-idenya dalam kehidupan nyata, berfikir dan berbuat.
f)
Aliran ini menolak otoritas dan absolutisme dalam
segala bentuk, maka aliran ini kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoritas dan absolut dalam segala
bentuk seperti terdapat dalam agama, moral, politik, dan ilmu pengetahuan.
B.
Para Tokoh Filsafat Pendidikan Progresivisme
Tokoh-tokoh
yang terkemuka yang berperan menyebarkan aliran progresivisme antara lain,
yaitu:
- John Dewey
- William H.
Kilpatrick
- Boyd H.
Bode
- Helen
Parkhurst, dll.
C.
Pandangan Progresivisme Terhadap Peserta
Didik dalam Pendidikan
Pandangan
progresivisme tentang konsep belajar bertumpu pada pandangannya tentang anak
didik.[9] Progresivisme adalah
gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah
berpusat pada anak (child-centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan
pendidikan yang masih berpusat pada guru (teacher-centered), atau bahan
pelajaran (subject-centered).[10]
Yang
dimaksud pendidikan berpusat pada anak menurut aliran progresivisme yaitu:[11]
v Anak merupakan
pusat dari keseluruhan kegiatan-kegiatan pendidikan. Sebab mengajar yang
bermutu berarti aktivitas siswa, pengembangan kepribadian siswa, studi ilmiah
tentang pendidikan dan latihan guru sebagai seniman pendidikan.
v Anak adalah
unik. Pendidikan progresif sangat memuliakan harkat dan martabat anak dalam
pendidikan. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil. Anak adalah anak,
yang sangat bebeda dengan orang dewasa. Setiap anak mempunyai individualitas
sendiri.
v Anak mempunyai
alur pemikiran sendiri, mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan-harapan
dan kecemasan-kecemasan sendiri, yang berbeda dengan orang dewasa. Dengan
demikian anak harus diperlakukan berbeda dari oarang dewasa.
Seorang
tokoh yang berpengaruh di Amerika Serikat John Dewey melalui “Sekolah Kerja”
yang didirikannya mempraktikkan pandangan-pandanganya (mengenai aliran
progresivisme) dalam dunia pendidikan. Pandangan tersebut mengenai kebebasan
dan kemerdekaan peserta didik agar dapat mencapai tujuan pendidikan dalam
pembentukan warga negara yang demokratis.[12]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
v Pengertian dasar
yang menjadi ciri dari aliran ini adalah progres yang berarti maju. Filsafat pendidikan progresivisme ini
lahir di Amerika Serikat. Aliran
progresivisme berkembang dengan pesat pada permulaan abad XX dan sangat
berpengaruh dalam pembaharuan pendidikan.
v Pandangann
aliran ini selalu dihubungkan dengan pandangan hidup liberal “The liberal
road to culture” maksudnya adalah pandangan hidup yang mempunyai
sifat-sifat fleksibel (tidak kaku), tidak menolak perubahan, tidak
terikat oleh suatu doktrin tertentu, ingin mengetahui dan menyelidiki, toleran
dan open minded (mempunyai hati terbuka).
v Tokoh-tokoh yang
terkemuka yang berperan menyebarkan aliran progresivisme antara lain, yaitu:
John Dewey, William H. Kilpatrick, Boyd H. Bode, dan Helen Parkhurst, dll.
v Pandangan
progresivisme terhadap pendidikan. Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang
mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak (child-centered),
sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru (teacher-centered),
atau bahan pelajaran (subject-centered).
DAFTAR PUSTAKA
Basuki As’adi & M. Miftahul Ulum, Pengantar Filsafat Pendidikan (Ponorogo: STAIN PO PRESS, 2010)
Barnadib, Imam, Dasar-Dasar
Kependidikan; Memahami Makan & Perspektif Beberapa Teori Pendidikan
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996)
Pidarta, Made,
Landasan Kependidikan; Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia
(Jakarta: Rineka Cipta, 1997)
Iman, Muis Sad, Pendidikan Partisipatif; Menimbang Konsep Fitrah dari
Progresivisme John Dewey (Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2004)
Sadulloh,
Uyoh, Pengantar Filsafat Pendidikan (Bandung: CV. Alfabeta, 2003)
Djumransjah, Filsafat
Pendidikan (Malang: Bayumedia Publishing2004)
[1] Imam Barnadib, Dasar-Dasar
Kependidikan; Memahami Makan & Perspektif Beberapa Teori Pendidikan
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996)18.
[3] Made Pidarta, Landasan Kependidikan; Stimulus
Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 1997) 91.
[4] Basuki As’adi & M. Miftahul Ulum, Pengantar
Filsafat Pendidikan (Ponorogo:
STAIN PO PRESS, 2010) 25.
[6] Basuki As’adi
& M. Miftahul Ulum, Pengantar Filsafat Pendidikan (Ponorogo: STAIN PO PRESS, 2010) 25-26.
[9] Muis Sad Iman, Pendidikan
Partisipatif; Menimbang Konsep Fitrah dari Progresivisme John Dewey
(Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2004) 53.
[10] Basuki As’adi
& M. Miftahul Ulum, Pengantar Filsafat Pendidikan (Ponorogo: STAIN PO PRESS, 2010) 26-27.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar